Pada
tahun 1990-an komite standar akuntansi internasional (The International
Accounting Standards Committee/IASC) mengembangkan konsep tentang
prinsip-prinsip akuntansi internasional, termasuk pengembangan akuntansi
lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia.
Konsep
akuntansi lingkungan mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada
pertengahan tahun 1990-an komite standar akuntansi internasional (The
International Accounting Standards Committee/IASC) mengembangkan konsep tentang
prinsip-prinsip akuntansi internasional, termasuk di dalamnya pengembangan
akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia. Di samping itu, standar
industri juga semakin berkembang dan auditor profesional seperti the American
Institute of Certified Public Auditors (AICPA) mengeluarkan prinsip-prinsip
universal tentang audit lingkungan (environmental audits).
Badan
Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Ageency) yang kemudian berubah
menjadi Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment) mengeluarkan
panduan akuntansi lingkungan (environmental accounting guidelines) pada bulai
Mei tahun 2000. Panduan ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 2002 dan
2005. Semua perusahaan di Jepang diwajibkan menerapkan akuntansi lingkungan.
Perusahaan-perusahaan besar Jepang mulai menempatkan posisi akuntansi
lingkungan (environmental accounting) sederajat dengan akuntansi keuangan. Kini
semakin banyak perusahaan di Jepang sudah menerapkan akuntansi lingkungan
sesuai dengan peraturan perundangan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.
Latar
belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh
perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat
dari lingkungan. Penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya
agar dapat meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan
secara berkelanjutan.
Penggunaan
konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan untuk
meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak
perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan.
Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan
penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan
manfaat atau efek (economic benefit).
Akuntansi
lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian
kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental
protection).
Beberapa
alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan untuk mengadopsi
akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara
lain: memungkinkan untuk mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan,
memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai
dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan,
diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap produk dari
proses lingkungan yang diinginkan dan memungkinkan pemenuhan kebutuhan
pelanggan yang mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.
Tujuan
dari akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen lingkungan dan sebagai
alat komunikasi dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan jumlah informasi
relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya.
Guna
mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan, maka pertama dan
utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya
kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan
yang ditimbulkan. Langkah kedua, menentukan apa yang menjadi target perusahaan
dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan
perusahaan serta menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Langkah ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan
lingkungan.
Langkah
keempat, melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan target di
masing-masing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk
mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam, melakukan pengujian
dimasing-masing devisi. Langkah terakhir adalah melakukan telaah kinerja. Pada
telaah kinerja diharapkan dapat menghasilkan segmen akuntansi yang dapat
mendukung prestasi manajemen lingkungan dimasing-masing divisi.
Akuntansi
Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah yang berkaitan
dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak
yang timbul dari sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai
akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.
Menurut
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment
Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:
“Fungsi
penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya lingkungan
bagi para stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan, perusahaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.
Badan
Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency
(EPA) menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua
dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara
langsung berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini disebut
dengan istilah “biaya pribadi”). Kedua, akuntansi lingkungan juga meliputi
biaya-biaya individu, masyarakat maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
Sistem
akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi konvensional dan
akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensional mengukur dampak-dampak
dari lingkungan alam pada suatu perusahaan dalam sitilah-istilah keuangan.
Sedangkan akuntansi ekologis mencoba untuk mengukur dampak suatu perusahaan
berdasarkan lingkungan, tetapi pengukuran dilakukan dalam bentuk unit fisik
(sisa barang produksi dalam kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules, dll), akan
tetapi standar pengukuran yang digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.
Sedangkan
lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara
nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan
untuk perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya.
Pada
dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti
beberapa faktor berikut, antara lain:
1. Biaya
konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan uang).
2. Keuntungan
konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).
3. Keuntungan
ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai satuan
uang/rupiah).
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar