1.
Pengertian
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi,
suatu system koheren dari hubungan anatara tujuan dan fundamental yang dapat
mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan
keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual dimaksudkan
untuk konstitusi dalam proses penyusunan standar. Tujuannya adalah
memberikan petunjuk dalam menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama
proses penyusunan standar dengan mempersempit pertanyaan, apakah standar telah
sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. Secara lengkap, kerangka
kerja konseptual adalah :
- Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi
- Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan
pertanyaan sebelum ada standar khusus yang mengaturnya.
- Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan
laporan keuangan
- Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah
alternative metode akuntansi.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework)
didefinisikan oleh FASB sebagai :
“a coherent system of
interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent
standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual
(conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan
konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan
pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah
pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang
menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok
atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya mengalir dari
konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang
dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan
pelaporan.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
- Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman
dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan
menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
- Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara
cepat jika mengacu pada kerangka teori yang telah ada
2.
Perumusan
Kerangka Konseptual
Proses perumusan kerangka konseptual
pada dasarnya merupakan proses evolusi yang dihasilkan dari pekerjaan/proyek
sebelumnya. Upaya dilakukan sebelum dihasilkan kerangka konseptual, dapat
dilacak pada berbagai publikasi.
Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
- Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman
dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan
menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
- Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori yang telah ada.
3. Tujuan
Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan mencakup tidak
hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang
berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan informasi yang disediakan
oleh sistem akuntansi – yaitu informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang,
laba periodik dan lain-lain
Dalam SFAC no. 1, disebutkan bahwa
tujuan pelaporan keuangan (financial reporting) tidak terbatas
pada isi dari laporan keuangan (financial statement) tetapi
juga media pelaporan lainnya. Dengan kata lain, cakupan pelaporan keuangan
adalah lebih luas dibandingkan laporan keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan memiliki beberapa tingkat level
TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR
- Tujuan pelaporan keuangan
(objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan informasi:
1) yang berguna bagi mereka yang
memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat
keputusan investasi serta kredit;
2) untuk membantu investor yang ada dan
potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai
jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;
3) tentang sumber daya ekonomi,
klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
- Tujuan(objectives) dimulai
dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para
investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit
pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari
investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke
entitas bisnis. Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang
menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang
akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan investor
dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision
usefulness).
- Dalam menyediakan informasi
kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan
keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement), yaitu
menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada
berbagai kelompok pemakai
TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam pengambilan
keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus memiliki dua
kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat
beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus
melekat pada informasi akuntansi.
a. Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi
harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu
mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang
akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan.
Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back
value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa
lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value)
yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
b. Keandalan. Informasi dianggap andal jika
dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas dari
kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
mengevaluasi isi faktual dari informasi.
· Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika
pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama,
mendapatkan hasil yang serupa.
· Ketepatan
penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili
apa yang benar-benar ada dan terjadi.
· Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih
untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Info yang disajikan harus
faktual, benar dan tidak bias
c. Keberdayaujian (verifiability). Informasi
harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi
berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh, keandalan informasi harga
perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada
faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva
tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang
digunakan, taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.
d. Kenetralan (neutrality). Informasi
akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh
karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan keuntungan lebih
kepada kelompok tertentu.
e. Kejujuran penyajian (representational
faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta
dan informasi yang disampaikan.
Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus
dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan (comparability)
dan konsistensi (consistency).
a.
Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan
lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal).
Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.
b.
Konsistensi. Sebuah entitas
dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi apabila
mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk
kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
Kendala-kendala.
Terdapat dua kendala yang
mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah dijelaskan,
yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya
yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah
praktek industri dan konservatisme.
a. Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness).
Untuk menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten
dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah
diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.
b. Materialitas (materiality) berhubungan
dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian
item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan
keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.
c. Praktik industri.(industry practices) Sifat
unik dari sejumlah industri dan perusahaan terkadang memerlukan
penyimpangan dari teori dasar.
d. Konservatisme (conservatism) berarti
jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya dalam
menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan dari
konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang
paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan
aktiva bersih yang terlalu tinggi.
Elemen-elemen Laporan Keuangan.
SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen
utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya perusahaan yang berorientasi
laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan keuangan bagi
organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva,
kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba
komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi
organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
beban, keuntungan, dan kerugian.
TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga kerangka konseptual
terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar
dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana
unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh
sistem akuntansi.
1.
Asumsi-Asumsi
Dasar (potsulat)
Asumsi-asumsi menyediakan satu
landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah
anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.
a.
asumsi
entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang bahwa perusahaan
merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki
kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
b.
Kesinambungan
(going concern). Sebagian
besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu
perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan
bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki
kelangsungan hidup yang panjang.
Apabila tidak ada tanda-tanda atau
rencana yang psati bahwa perusahaan akan dibubarkan, maka kegiatan perusahaan
dianggap akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Implikasi
dari asumsi ini adalah :
·
Kontinuitas
usaha memerlukan Laporan Keuangan periodik sebagai evaluasi kinerja perusahaan
jangka pendek.
·
Laporan
keuangan periodik bersifat tentatif, yang hanya menyajikan informasi sementara
untuk satu periode tertentu.
·
Laporan
Laba-Rugi hanya menunjukkan hasil usaha dalam jangka pendek.
·
Neraca
menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan periode-periode berikutnya
2.
Accounting
Principles
Dapat diartikan sebagai seperangkat
aturan-aturan umum dan “universal” yang dijadikan sabagai objek pengetahuan
akuntansi dalam konteks teoritis, dan menjadi landasan pengembangan teknik
akuntansi
·
The
Historical Cost Principle (harga pertukaran)
Ukuran yang biasa digunakan untuk
merefleksikan harga pertukaran adalah kas yang dibayarkan, aktiva lain yang
diserahkan, saham yang dikeluarkan, jasa yang dikerjakan, atau hutang yang di
tanggung, sesuai dengan barang atau jasa yang di terima
·
The
Revenue Principles (prinsip pendapatan)
Pengakuan pendapatan berkaitan
dengan penentuan kapan pendapatan dapat di catat dalam laporan keuangan
sehingga mempengaruhi hasil usaha/posisi keuangan perusahaan. Dua kriteria yang
dapat digunakan untuk mengakui pendapatan adalah pendapatan telah terbentuk dan
terealisasi atau segera terealisasi. Atas dasar kriteria tersebut, pendapatan
dapat diakui pada saat berikut ini :
- Selama proses produksi
- Setelah proses produksi selesai
- Pada saat penjualan kas
- Pada saat di terima kas
·
The
Matching Principle (prinsip penandingan)
Agar dapat ditentukan besar
laba/rugi, biaya (expenses) harus ditandingkan dengan
pendapatan pada periode yang sama. Ada 3 dasar penandingan yang dapat digunakan
:
- Hubungan sebab akibat
- Alokasi sistematis dan rasional
- Pembebanan segera
3.
Constraint
Dalam menyajikan informasi yang
berkualitas, akuntansi diharapkan pada dua kendali utama yaitu hubungan
biaya-manfaat dan materialitas. Dua kendala lainnya yang berkaitan dengan
lingkungan adalah praktik industri dan konservatisme
- Cost-Benefit Relationship
- The Materiality Principle
- Industry Practice
- The Conservation Principle
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar